buku / film

2001: A Space Odyssey

2001 (2)

Sebelum pegang buku ini, nggak cuma sekali aku dengar, “Nggak ngerti ending filmnya? BACA BUKUNYA!”. Hmm… aku sendiri memang rada mengawang-awang dengan ending filmnya, tapi aku pilih baca novelisasinya karena memang salah satu fiksi ilmiah klasik yang wajib banget dibaca. Bukan sekadar novelisasi aja dari naskah skenario yang ditulis Arthuc C. Clarke dan Stanley Kubrick.

Ketika nonton filmnya, yang kamu benar-benar tangkap: sinematografi yang mengagumkan, HAL 9000, Dave, kera di awal, dan monolith. Tapi, apa kamu benar-benar tahu apa yang terjadi kepada HAL? Kenapa dia sampai menyabotase Dave dan Frank? Pertanyaan itu terjawab banget di buku dan dituturkan dengan menyentuh.

Arthur C. Clarke menulis novelisasi ini berdasarkan skenario untuk 2001: ASO. Mengapa novel ini wajib dibaca, tentu pertama karena detail dan cakupan ceritanya. Dari film kamu dapat visualisasi, kemegahan, dan rasa yang diberikan kisahnya. Novel ini yang ditulis oleh ACC dengan indah banget, menerangkan semuanya. Bahkan nama-nama yang nggak kita dapat dari filmnya.

2001

ACC menceritakan fiksi ilmiah, harapan manusia, dan rasa ingin tahu dengan sederhana sekaligus memukau. Berapa banyak buku yang bikin berhenti baca karena habis dibawa ngalamin sebuah pengalaman yang luar biasa? Novel ini adalah salah satunya buatku. Ada adegan, ketika ACC mendeskripsikan probe yang dikirim Dave Bowman dan Frank Poole dari Discovery ke Jupiter. Gimana ACC nyeritain apa yang dilihat dari kamera probe tersebut, gulungan awan, ombak raksasa, warna-warnanya… menimbulkan perasaan terpesona. Seperti kamu bisa lihat sendiri dari layar yang ada di hadapan Dave dengan perasaan sama–penasaran, haru, senang, bangga, takut!

Di novel, perjalanan Discovery nggak berhenti di Jupiter, melaikan Saturnus. Sekali lagi, ACC bikin aku membisu seribu bahasa setelah baca tuturan beliau tentang Dave yang baru aja ngelewati Saturnus. Betapa megah dan gagah. Betapa nyata dan misterius. Aku nggak bisa untuk nggak jatuh cinta. Di salah satu bulan Saturnus-lah, Japetus, monolith yang lebih besar dan terhubung dengan yang ada di bulan itu berada. Tim Discovery yang tinggal Dave tadinya dikirim untuk menyelidiki itu, monolith yang sesungguhnya adalah bentuk kehidupan lain yang selama ini manusia cari dan dambakan.

Aku kagum dengan konsep monolith yang dijelas oleh ACC di dalam bukunya. Bagaimana mereka merupakan bentuk kehidupan yang jauh jauh lebih tua dibanding peradaban manusia. Yang kemudian menemukan cara untuk mempreservasi pengetahuan dan hidup mereka dalam bentuk berbeda. Keren banget konsepnya!

Aku selalu suka cerita tentang ‘first encounter’ yang dikisahin berdasarkan rasa ingin tahu, bukan dengan ketakutan. Karena pada dasarnya, manusia selalu ingin tahu, tetapi takut terhadap hal-hal yang nggak dia tahu. Aku suka kalau ETI yang diceritain juga nggak sekadar mau mengolonisasi Bumi, tapi karena sama-sama punya keingintahuan serupa! Cerita-cerita kayak 2001: ASO, Contact, Close Encounters of the Third Kind–masih berharap bakal ada cerita-cerita kayak gitu lagi!

Baca novelnya memang cukup banget. Tetapi, itu kayak baca surat cinta tanpa puisi, karena puisinya itu ada di film yang digarap Stanley Kubrick. Sama-sama indah. Sama-sama meninggalkan kesan mendalam. Filmnya bikin menganga (entah karena terpana atau nggak ngerti) karena gambar-gambarnya yang luar biasa, bahkan berapa kali aja nonton adegan Discovery terbang di kegelapan, HAL, interior Discovery, dan adegan pembuka yang superb nggak pernah bisa terlupa. Novelnya bikin kamu berhenti sedikit-sedikit buat meresapi yang udah resap karena tulisan beliau memang enak banget dibaca dan elok.

Oh ya, cerita 2001: A Space Odyssey ini berawal mula dari cerpen yang ditulis Arthur C. Clarke tahun 1951 berjudul “The Sentinel”. Coba baca cerpen itu dan rasain betapa manisnya tulisan beliau dan mungkin itu bakal jadi alasan lain yang akan bikin kamu nggak akan nunda lagi untuk baca novelisasi 2001. Belum nonton filmnya? Sama sekali nggak masalah. Kalau kamu cinta fiksi ilmiah, novel 2001 adalah sesuatu yang wajib banget kamu baca.

.

.

Catatan tambahan: ketika baca novelnya, aku baru aja nonton trailer Interstellar dan ngerasa ada adegan-adegan di novelisasi ini yang nggak diangkat Kubrick ke filmnya bakal aku lihat di Interstellar, seperti adegan di Saturnus. Secara, Jonathan Nolan dan Christopher Nolan sama-sama pengagum dan penggemar berat 2001: A Space Odyssey. Dan Nolan sendiri bilang kalau film (2001: ASO) punya pengaruh besar untuk Interstellar. 😀

Nggak sengaja jalan-jalan dan nemu surat pertama dari Stanley Kubrick ke Arthur C. Clarke. Kamu harus baca ini.

Dear Mr Clarke:

It’s a very interesting coincidence that our mutual friend Caras mentioned you in a conversation we were having about a Questar telescope. I had been a great admirer of your books for quite a time and had always wanted to discuss with you the possibility of doing the proverbial “really good” science-fiction movie.

My main interest lies along these broad areas, naturally assuming great plot and character:

  1. The reasons for believing in the existence of intelligent extra-terrestrial life.
  2. The impact (and perhaps even lack of impact in some quarters) such discovery would have on Earth in the near future.
  3. A space probe with a landing and exploration of the Moon and Mars.

Baca surat lengkapnya di Letters of Note. Bikin terharu! 🙂

ACC - Stanley Kubrick

Arthur C. Clarke dan Stanley Kubrick di set 2001: A Space Odyssey. (sumber)

9 thoughts on “2001: A Space Odyssey

Leave a comment