The Memoirs of Sherlock Holmes pertama kali diterbitkan tahun 1894 oleh Sir Arthur Conan Doyle. Dan di tahun 2013 ini akhirnya gue berhasil menamatkannya. Perjalanan gue menamatkan buku ini nggak mudah, bukan karena sulit mendapatkan bukunya, tetapi butuh waktu agak lama buat gue beradaptasi dengan cara bertutur Opa Doyle.
Sebelumnya gue sudah sempat coba membaca A Study in Scarlet (versi terjemahan atau English/BBC Books), The Hound of The Baskervilles (kedua versi juga) dan akhirnya buku ini, setelah sebelumnya baca versi English-nya. Ketika pegang terjemahannya, nggak begitu yakin bisa nyambung juga, tetapi ternyata gue akhirnya bisa ngeh dan tahu juga gimana cara bercerita si Opa Doyle. Itu bikin gue senang banget.
Gue nggak akan nge-review apa-apa di sini. Karena pasti udah banyak yang baca serta membuat resensi dari buku ini. Gue cuma mau berbagi kesan karena senang akhirnya bisa ‘mengerti’ juga.
The Memoirs of Sherlock Holmes (Memoar Sherlock Holmes) terdiri atas 11 cerita pendek, yaitu:
1. Silver Blaze (Kuda Pacuan Silver Blaze)
2. The Yellow Face (Wajah Kuning yang Mengerikan)
3. The Stockbroker’s Clerk (Pegawai Kantor Bursa)
4. The ‘Gloria Scott’ (Kapan Gloria Scott)
5. The Musgrave Ritual (Ritual Keluarga Musgrave)
6. The Reigate Squires (Tuan Tanah di Reigate)
7. The Crooked Man (Si Bungkuk)
8. The Resident Patient (Pasien Rawat Inap)
9. The Greek Interpreter (Penerjemah Bahasa Yunani)
10. The Naval Treaty (Dokumen Angkatan Laut)
11. The Final Problem (Kisah Penutup)
Sebagian kisah ini terjadi setelah Watson menikah dan tidak lagi tinggal bersama dengan Holmes. Kisah ‘The Gloria Scott’ merupakan kasus pertama yang Holmes tangani. Sementara itu, ‘The Yellow Face’ mungkin jadi cerita paling berkesan buat gue, juga buat Holmes. Kisah tersebut bercerita tentang seorang suami yang meminta bantuan Holmes untuk menyelidiki tingkah istrinya yang mencurigakan. Gue bilang bilang kisah itu berakhir, menyentuh dibanding dengan cerita-cerita lain di dalamnya. Meski nggak bisa dibandingkan dengan ‘The Final Problem’ dan tragedi Reichenbach Fall-nya yang begitu legendaris.
Sherlock Holmes adalah legenda. Ketika akhirnya gue bisa nyambung dengan karakter dia dalam buku, rasanya gue senang banget. Buat gue mengenal karakter dan memahami cara bercerita penulis itu penting banget ketika membaca buku berseri. Standalone novel aja bisa gue tinggalin kalau nggak nyambung di awalnya, apalagi berseri. Tapi, buat SH gue coba terus sampai akhirnya bisa ngerti juga. Huehehe…
Karakter Sherlock Holmes memang luar biasa. Dengan ‘kesintingan’-nya itu, dia memang patut dikenang dan dikagumi banyak orang sampai sekarang, seperti gue. Tentunya gue nggak akan berhenti baca sampai di The Memoirs of Sherlock Holmes aja. Gue akan baca semuanya, hingga tuntas. Tahun ini, Opa Doyle, gue akan namatin semua kisah Sherlock yang sudah Anda tulis! 😀
Dimana ya beli novel sherlock yang khusus cerita the yellow face??