“How often have I said to you that when you have eliminated the impossible, whatever remains, however improbable, must be the truth?”
The Sign of Four adalah buku kedua yang diterbitkan dari seri Sherlock Holmes, setelah A Study in Scarlet. Dirilis pertama kali tahun 1890 dan sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia oleh Gramedia Pustaka Utama. Ini buku ketiga Sherlock Holmes yang selesai kubaca setelah A Study in Scarlet (Penelusuran Benang Merah) dan The Memoirs of Sherlock Holmes (Memoar Sherlock Holmes).
Dibanding dua buku sebelumnya, aku merasa buku ini lebih seru. Di sini, Sir Arthur Conan Doyle menunjukkan Holmes yang kecanduan kokain dan Watson yang jatuh cinta. Aku merasa keduanya jadi begitu manusia, ya gitu.
Bercerita tentang Mary Morstan yang suatu hari mendatangi Holmes dengan dua teka-teki, pertama ayahnya yang menghilang dengan tiba-tiba dan kedua, kiriman-kiriman mutiara dari orang tidak dikenal. Holmes pun menerima kasus tersebut dan memulai penyelidikannya.
Bersama Mary dan Watson, Holmes menemui Thaddeus Sholto, untuk kemudian diajak berjumpa dengan ayahnya, Mayor Sholto. Namun, ketika tiba di rumah Mayor Sholto, beliau sudah meninggal karena dibunuh. Thaddeus Sholto pun menceritakan tentang harta karun peninggalan ayahnya, yang seharusnya juga milik Mayor Morstan, ayah Mary. Kematian Mayor Sholto, juga membuat harta-harta yang disimpannya menghilang. Maka Holmes pun melanjutkan kasus tersebut untuk memecahkan siapa pembunuh dan pencuri harta.
Oleh Mary, Holmes diberi petunjuk tentang sebuah peta yang ditandatangani oleh Jonathan Small dan tiga orang Sikh. Ditambah petunjuk yang ditemukan Holmes di TKP, pencarian pelaku pun diteruskan. Setelah sempat terombang-ambing karena tidak menemukan titik terang. Akhirnya, Holmes mencoba metode baru untuk menemukan kapal hilang yang membawa Jonathan Small serta harta karun.
“Justru hal-hal yang sangat sederhanalah yang seringkali tertinggal.” – Holmes (Empat Pemburu Harta, hlm 146)
Akhirnya, Holmes pun dapat menemukan kapal tersebut. Sempat terjadi adegan kejar-kejaran di Sungai Thames untuk menangkap Jonathan Small. Ketika tertangkap, meluncurlah cerita sebenarnya dari Jonathan Small tentang harta tersebut. Sementara, peti kotak harta sudah diantar Watson kepada Mary, yang ternyata isinya kosong.
Kalau penasaran dengan apa yang sesungguhnya terjadi… baca aja Empat Pemburu Harta atau The Sign of Four.
Aku belum baca semua buku seri Sherlock Holmes, jadi nggak bisa membandingkan mana yang lebih seru. Aku sendiri merasa novel ini cukup seru dan menegangkan. Soalnya, sering bengong-bengong ketika baca dan tiba-tiba terkejut gitu.
Aku suka Holmes dan Watson di sini. Watson manis banget ketika melamar Mary.
Serunya lagi, karena cerita ini menjadi dasar episode kedua season tiga Sherlock, The Sign of Three. Ngebayangin dong adegan kejar-kejaran di Sungai Thames. Belum lagi, interaksi Holmes dan Toby (anjing pelacak langganannya). Tentunya adegan pernikahan John dan Mary. Rasa-rasanya bakal seru, terlebih sutradara episode itu yang sebelumnya menyutradari episode tiga season dua.
Tadi aku merhatiin koleksi The Sign of Four-ku yang versi BBC Book. Di bagian tepinya, ada bentuk isyarat tangan. Itu mengingatkan aku dengan foto yang dipost salah satu staf produksi Sherlock beberapa bulan lalu setelah syuting The Sign of Three. Bentuk tangan John sama ya dengan isyarat bentuk tangan di atas? 😀
Bogor, 14 Juli 2013
Pingback: Sherlock S03E02: The Sign of Three | Catatan Tia
mau nanya itu udah di bahasa indonesiain? dapet dimana? salam sherockian :))
iya, itu dalam bahasa Indonesia. ke toko buku aja, terjemahannya banyak kok. 🙂