Resensi / Serial

True Detective Season 1

true-detective-poster

Dua detektif memecahkan misteri kasus pembunuhan wanita dan anak-anak yang terjadi di Lousiana dalam jangka waktu 17 tahun. Dibintangi oleh Matthew McConaughey dan Woody Harrelson.

(Edit 10/3: tambahan setelah tiga episode terakhir dan cerita ini benar-benar berakhir.)

Gue nggak bisa berhenti ngomongin dan membahas ini beberapa hari terakhir. Salah satu cerita detektif di masa kejayaan cerita detektif di televisi yang berhasil menggaet hati gue. Setelah kebanyakan mengonsumsi It’s Always Sunny in Philadelphia (ketika stress nulis), gue pikir sudah saatnya kembali cari cerita yang bikin mikir. Pada saat bersamaan gue mulai nonton Breaking Bad dan True Detective, kemudian True Detective lebih memenangkan perhatian gue gitu sekarang.

True Detective dirilis tanggal 12 Januari 2014 di HBO. Dibintangi oleh Matthew McConaughey (salah satu nominasi aktor terbaik Oscar 2014 dari film Dallas Buyers Club dan ikutan di Interstellar-nya Christopher Nolan yang rilis 7/11/14) serta Woody Harrelson (yang mungkin kamu kenal sebagai salah satu pesulap di Now You See Me dan mafia penyayang anjing di Seven Psychopath). Tapi bukan dua nama itu sih yang bikin gue nonton, lebih karena rekomendasi temen gue, hehe….

Cerita True Detective berpusat pada dua karakter utama yang sama-sama detektif di kepolisian Lousiana, Rustin ‘Rust’ Cohle (McConaughey) dan Martin ‘Marty’ Hart (Harrelson). Ada dua plot dalam cerita ini, satu berjalan di tahun 2012 dan satunya di tahun 1995. Keduanya saling berkaitan, ada peristiwa besar yang menjembatani dan itulah yang berusaha dirangkai dalam True Detective ini.

Kalau diceritain dengan alur maju dan lurus, cerita ini mungkin akan akan terlalu menarik karena jadi datar. Nic Pizzolatto yang nulis seluruh musim tayang pertama TD ini, merangkai naratifnya dengan cantik banget. Itu yang bikin gue langsung kesengsem sama serial ini. Gue beberapa kali pakai cara cerita kayak gitu untuk cerita-cerita di blog (tapi belum pernah untuk tema detektif). Jadi, gue sama sekali nggak bingung dengan cara bercerita serial ini.

Jadi, dimulai dengan cerita tahun 2012 ketika Hart dan Rust diinterogasi oleh penyidik di waktu yang berbeda. Keduanya udah nggak bekerja lagi sebagai polisi. Dari situ keluarlah cerita-cerita dari awal mereka kenalan dan mulai menangani kasus Dora Lange. Cerita-cerita itu diperlihatkan dalam adegan flashback–Rust dan Hart yang lebih muda tujuh belas tahun.

Satu cerita yang diceritakan dalam dua waktu yang berbeda itulah yang bikin banyak asumsi. Apalagi ceritanya sepotong-sepotong bikin tambah geregetan. Bukan cuma masalah kasus, tapi yang juga menarik adalah kenapa bisa Hart dan Rust akhirnya nggak lagi temenan–nggak saling bicara selama sepuluh tahun.

Salah satu review yang gue baca menyebutkan Hart dan Rust adalah unreliable narrator (narator yang nggak bisa dipercaya). Di empat episode pertama, mereka masih bisa dipercaya sih. Di episode lima, barulah kebohongan dimulai. Adegan waktu mulai kebohongan itu… gue suka banget. Yang bikin gue melongo, maki brengsek, sekaligus tepuk tangan karena keren dan cool banget. Iya, mereka berdua bohong dengan amat sangat cool, apalagi Rust kayak udah biasa banget dengan hal itu.

HBO's "True Detective" Season 1 / Director: Cary Fukunaga

Kedua karakter utama, Hart dan Rust adalah nyawa dari cerita ini sih. Hart yang digambarkan sebagai ‘family man‘–tampan, punya keluarga, berdedikasi sama kerjaan dan keluarga, tapi di luar keluarga dan kerjaan… dia adalah sisi lain yang kayaknya beda banget. Sementara Rust, diperlihatkan sebagai penyendiri, misterius, dengan segudang rahasia yang nggak kita tahu.

Rust Cohle  adalah alasan kedua gue kesengsem sama cerita TD. Dia awalnya agak ngingetin gue sama Sherlock dan Will Graham-nya Hannibal. Cerdas, loner, punya teknik mengungkapkan sesuatu dengan khas–namun seiring perjalanan, Rust ini sama sekali beda. Rust adalah Rust. Gue nggak ngeliat lagi sosok lain pada dirinya. Gue ngerasa karakter Rust ini terasa real ketika di episode pertama dia ngomong tentang sesuatu. Dia dan Hart baru keluar dari departemen koroner, kemudian dia jalan ke arah mobil di tengah lapangan parkir yang sepi dan dikelilingi bangunan yang kosong. Dia bilang sebelum masuk mobil kalau tempat itu kayak ingatan seseorang yang memudar. Dari situ, gue ngerasa karakter dia nyata gitu. Karena gue juga orang yang suka ngelantur mikirnya. Sikapnya maskulin abis dan teguh–yak, teguh pendirian banget. Udah jarang aja ngeliat sikap kayak gitu. Belum lagi bodinya yang seksi abis, suaranya yang serak-serak gemesin, dan aktingnya yang keren banget. *batas fangirling*

Karakter Rust yang dark adalah yang menggerakkan cerita ini, kalau plot 2012-nya dilepas ya. Dari dikenalkan di tempat kejadian perkara Dora Lange, si Rust yang hidup sendiri ini aktif banget nyari petunjuk. Semua petunjuk yang juga menguak rahasia dia yang pernah menyamar di geng narkoba selama empat tahun. Selain, masa lalu kalau dia pernah beristri dan punya anak. Anaknya meninggal di usia dua tahun karena kecelakaan, pernikahannya berakhir setahun kemudian. Rasanya itu adalah faktor yang mengubah dia jadi dingin dan workaholic kayak sekarang.

Seluruh petunjuk yang tercecer di mana-mana itu akhirnya membawa dia ke Ginger, pemimpin geng motor Iron Crusader. Ketika berinteraksi sama Iron Crusader inilah sisi lain Rust keluar, yang lebih nakutin dan liar. Adegan Rust teler karena heroin, itu luar biasa banget. Keren dan keren banget. Setiap kali dia meriksa nadinya sendiri, gue tambah cinta aja. Dan seluruh episode 4 dalam TD yang meski memiliki tempo cerita berbeda dari tiga episode sebelumnya adalah masterpiece. Luar biasa banget. Lima belas menit terakhirnya adalah sesuatu yang bikin kamu nempel erat di kursi. Kamu bisa nonton enam menit terakhir dari episode 4 TD yang seluruh adegannya diambil dalam satu pengambilan gambar.

Sementara, episode pertama adalah episode yang bikin mengernyitkan dahi. Gue nggak sedikit baca gimana episode ini bosen dan bikin ngantuk. Penyebabnya adalah tempo ceritanya yang lambat banget. Bukan cuma tempo, tapi cara Rust dan seluruh gerakan Rust itu bikin episode pertama kayak nonton dalam slooooowwwww motiooooooon. Episode dua masih kerasa begitu, tetapi karena udah beberapa petunjuk terungkap, bikin gue nggak bisa berhenti nonton. Dan episode tiga, tempo dan ketegangan ceritanya makin meningkat, selain karena Hart yang bermasalah dengan keluarga adalah juga tentu aja karena Rust.

Di episode kelima, ketegangan ceritanya turun lagi. Akan tetapi, itu dibayar dengan sebaran petunjuk di mana-mana. Di empat episode sebelumnya, semua petunjuk mengarah ke Reggie Ledoux. Di episode lima, dipatahin lagi dan dibikin nggak yakin kalau dia adalah pembunuh Dora Lange. Jadi, beberapa pembunuhan serupa terjadi, dan yang terakhir di Lake Charles, itulah alasan polisi manggil Rust yang sempat ngilang 8 tahun serta Hart untuk diperiksa terpisah.

Kalau pembunuhnya udah ditangkep tahun 1995, kenapa tahun 2012 muncul lagi korban dengan ciri-ciri pembunuhan serupa. Ada mahkota dan kerajinan dari kayu. Terlebih, muncul seseorang yang mengaku kalau tahu siapa sebenarnya Rust, tentang Yellow King, dan siapa pembunuh Dora Lange. Hal-hal itu adalah yang harus diselesaikan di tiga episode yang tersisa.

Bukan cuma drama kriminal yang kental dalam cerita ini. Drama sehari-harinya Hart juga cukup mencuri perhatian dan kayaknya punya peran penting dalam cerita ini. Terutama, tentang anak perempuannya, Audrey, yang banyak nyimpen simbol-simbol. Kamu bakal ngerti kalau udah nonton.

Karakter-karakternya nggak ada yang diceritain kayak dewa, meski Rust agak terpisah dari lingkungan, gue nemu dia sungguh manusiawi. Selain itu, cerita yang diawali dengan perkenalan karakter ini juga punya pengembangan karakter yang bagus dan cukup. Justru semua itu, bikin kriminalnya sendiri nggak terlalu menonjol, selain mayat-mayat yang sama sekali nggak menakutkan, kejahatan geng motor juga nggak terlalu ngeri. Yang lebih mengerikan itu sikap orang-orangnya, cara nyeritain ancaman-ancaman yang bikin bergidik. Meski gitu, cukup banyak kekerasan dalam cerita ini sih. Terutama Rust kalau udah mukulin orang (dia hampir selalu mukul kepala). Juga adegan yang nggak berenti ada yaitu Rust ngerokok, kayaknya 85% adegan Rust itu pasti dia pegang rokok. Gue nggak masalah sih dengan itu….

true-detective-who-goes-there

Gue nggak mau terlalu banyak membagi spoiler, tapi ini aja udah minim spoiler banget karena cerita TD memang detail banget. io9 merangkum episode lima (dan yang sebelumnya) dengan bagus dan mendalam di sini. Artikel itu juga ngebahas karakter-karakter perempuan dalam cerita ini dan literatur yang memengaruhi cerita ini banget, yaitu The King of Yellow-nya Robert Chamber. Versi Kindle dan Epub-nya bisa didonlot dengan gratis dan legal di sini.

Favorit gue lainnya dari cerita ini adalah dialog-dialognya yang puitis dan filosofis dan kadang ribet. Tapi gue suka setiap kali Rust mulai ngomong, kita nggak pernah benar-benar tahu apa yang bakal keluar dari mulutnya. Nggak nyakitin dan nyebelin kayak Sherlock, omongan Rust lebih bikin mikir atau bingung, antara pengin dicuekin tapi tahu kalau ada maksud di balik itu. Apalagi cara ngomong Rust yang pelan dan tegas dalam suara yang serak dan dalam. *bah berapa kali gue pakai kata ‘dalam’ dalam tulisan ini! :|*

Seluruh musim tayang pertama True Detective ini disutradarai oleh Cary Fukunaga. Gue juga suka sinematografinya. Bagus-bagus. Dan lebih menebalkan kesan gelap, melankolis, serta noir-nya. Belum lagi pemilihan musik latar dan soundtrack-nya yang bagus-bagus. Sukak!

Kabarnya, bentuk serial ini lebih deket ke mini seri, karena nanti musim tayang kedua, Matthew dan Woody nggak akan main lagi. Tapi ya, ya dinikmati aja dulu deh season pertama yang belum rampung ini. Alur yang dipakai dalam cerita ini rawan banget dalam penyelesaiannya. Memang sih, cerita TD ini menekankan kepada ‘perjalanan’ bukan ‘tujuan’-nya. Tapi, itulah tantangannya, gimana bikin akhir cerita ini pantas untuk seluruh naik turun dan rahasia yang bikin gemes sepanjang cerita. Jadi, makin nggak sabar nunggu tiga episode sisanya. Ha!

“Death created time to grow the things that it would kill.”

Setelah seluruh musim berakhir.

Itu benar. Rust nggak akan kembali lagi, Matthew McConaughey udah mengonfirmasi hal itu. Padahal, Nic Pizzolatto udah ngasih-ngasih kesempatan dengan bikin pernyataan kalau asik juga aktor-aktor kembali di musim yang lain dengan memerankan karakter lain. Tapi, gue rasa McConaughey udah cukup untuk Rust aja. Meski berat, gue mendukung kok McConaughey berhenti sampai di sini. Lebih baik mengakhiri sesuatu saat jaya, dibanding maksa terus sampai akhirnya kehilangan semuanya. Rust yang sekarang, salah satu karakter favorit dan membekas banget sama gue, tentu akan selalu gue kenang.

Dan Cary Fukunaga juga nggak akan balik sebagai sutradara. Dia tetep tinggal sebagai produser. Nggak tahu untuk McConaughey, apakah dia tetep jadi produser atau nggak.

Gue bisa bilang ini empat weekend yang menyenangkan banget. Gue memang gampang disenangkan, kasih aja cerita yang bagus dan gue bakal senang sepanjang hari. Dan itulah yang gue rasakan dari True Detective. Cerita yang indah. Yang bikin masuk banget ke dunianya. Yang bikin empati kepada karakter-karakternya. Kadang-kadang rasanya kayak baca novel dan bagian endingnya bener-bener seperti itu.

Sebelum ke ending, ayo mundur ke dua episode sebelum final. Episode 6 dan 7, dua episode yang paling menyedihkan (bukan berarti buruk, sama sekali bukan) dari seluruh musim. Di sana ada tragedi dan luka yang gue nggak pernah harapkan untuk lihat.

Episode 6 yang benar-benar suram. Ketika mau nonton ulang aja gue harus ngumpulin keberanian lagi. Bener-bener bikin patah hati. Ketika karakter-karakter yang disayang ternyata nggak suci dan semua pembohong. Marty yang balik lagi selingkuh dengan Beth. Maggie yang bikin Rust untuk melakukan seks dengannya untuk bikin Marty marah dan Maggie punya alasan pergi. Marty dan Rust yang berantem. Satu jawaban akhirnya didapet: kenapa Marty dan Rust bisa pisah temenan.

Adegan seks Maggie dan Rust itu traumatis banget. Oke, itu memang hot, tapi yang jelas kerasa adalah mengerikan dan menyedihkan. Kamu bisa lihat wajah mereka. Rasanya sedih aja habis itu. Kesel sama Maggie. Kenapa Rust? Dan adegan berantem Rust dan Marty, di mana Rust nyaris nggak bales mukul sama sekali. Dia tahu dia salah dan bertanggung jawab atas itu.

Berlanjut ke episode tujuh yang langsung lompat ke 2012, ketika Rust minta tolong Marty untuk bantu dia ngungkapin pembunuhan yang masih terjadi. Marty awalnya nolak dan kemudian menyetujui karena mereka berdua punya sesuatu yang harus ditebus. Di sini, dilihatin gimana hidup mereka berdua berubah drastis. Rust yang punya niat bunuh diri dan Marty yang jadi pria sederhana.

Dalam dua episode, kita ngeliat betapa hidup selalu ngasih kejutan. Ada hal-hal yang meski udah berusaha dicegah, tapi tetap bisa aja terjadi. Rust adalah pria paling hati-hati dan masih bisa kena jebakan Maggie. Pertemanan yang putus, itu juga jadi bagian menyedihkan.

Meski akhirnya mereka balik lagi. Kita ngeliat mereka beraksi sama-sama kembali. Tetep aja, episode 6 dan 7 itu suram dan kelam. Di episode terakhir, mereka berdua bicara tentang Maggie, Rust balik berfilosofi lagi, dan pokoknya senang banget mereka bisa bareng lagi. Kayak apa yang dilihat dulu di awal.

Gue sempat berpikir Rust bakal mati di akhir cerita. Yap, dia memang hampir mati dan dia ngerasa nggak pantas ada di dunia ini. Adegan di depan altar Yellow King itu bikin gue menggigil. Ngeliat pisau nembus perut Rust yang tubuhnya sampai keangkat gitu. Bikin ngilu sendiri. Dan nangis.

Gue pikir dia bakal mati. Rust bisa ngelepasin dirinya sendiri dan untungnya Marty dateng. Gue masih berpikir Rust bakal mati. Tapi ternyata nggak. Mungkin itu hukuman bagi dia karena apa-apa yang udah dilakukannya sendiri.

Episode 8 ngasih tegang dan horor. Gue rasa itu pilihan yang benar banget karena tegang dan serunya udah dikasih di episode empat. Tegang yang kemudian berubah jadi haru dan lega. Cara terbaik untuk mengakhiri cerita, ngasih karakter masa untuk bernapas, ngasih penonton waktu untuk ngerasa tenang sejenak.

Nggak ada twist di episode ini. Apa yang berakhir adalah apa yang kita tahu dari episode-episode sebelumnya. Lupain semua teori rumit yang beredar, penjahatnya ya si Errol itu. Orang yang pernah Rust temui tahun 1995 dan bikin dia kepikiran sampai sekarang. Keluarga Tutle yang mungkin terlibat. Sebab ternyata, kita dibawa ke salah satu kisah yang sederhana paling tua: gelap dan terang. Sesuatu yang kita alami sendiri. Cerita-cerita yang berulang kali pernah kita dengar. Kadang-kadang gelap yang menang. Kali ini, terang yang menang.

Time is a flat circle…

Bikin ending yang sesuai dan pantas memang nggak semudah untuk bikin ending yang spektakuler. Buat gue, ending True Detective ini pantes banget untuk keseluruhan cerita. Naratif di awal yang bolak balik berakhir di episode 6. Sisanya episode 7 dan 8, udah bersatu ke satu alur lagi. Yang main adalah permainan adegan yang keren banget. Editing dan sinematografi yang luar biasa. Salut buat Cary Fukunaga.

Gue nggak tahu apa lagi yang ingin disampaikan karena banyak banget. Gue masih berkaca-kaca setiap kali inget bagian akhir, ketika Rust pecah tangisnya. Kali ini, dia benar-benar kelihatan rapuh. Ketika dia ngomong tentang anaknya. Gue tahu, kenapa selama ini dia milih bersikap dingin, dia cuma pengin ngelindungi hatinya sendiri aja. Trauma kehilangan dan nggak bisa melindungi anaknya dulu, sesuatu yang membekas banget di Rust. Setelah tujuh belas tahun, dia dapat jawaban kalau anaknya nggak pernah marah sama dia. Dia ngerasain cinta. Itu pengalaman spiritual. Dan dia pantes dapet itu.

true detective e8 2

Nggak tahu mau muji apa lagi untuk McConaughey. Tiga-empat tahun lalu, kamu boleh bilang kalau peran-peran dia cuma jadi pria Texas dengan aksen southern kental alias dia jadi dirinya sendiri, tapi sekarang Rust sama sekali bukan McConaughey. Kayak mereka berdua dua sosok yang beda. Aktingnya benar-benar matang dan brilian. Ekspresi ketika di depan altar Yellow King, ekspresi kesakitannya, itu sungguh luar biasa. Rust Cohle jadi sosok yang begitu hidup oleh dia, aktor lain mungkin nggak akan bisa dapet Rust Cohle yang maksimal banget kayak gitu. Semua pidato Rust itu bisa jatuh ngebosenin di tangan orang yang salah. Tetapi, oleh McConaughey, rasa magis, ditambah kharisma (milik Rust, bukan McConaughey) bikin racauan Rust itu jadi bermakna dan hidup. Bahkan di adegan terakhir, itu bisa berubah cheesy kalau nggak hati-hati. Sekali lagi, McConaughey nunjukkin kapasitasnya sebagai aktor sekaliber Academy Awards. Emmy buat tahun ini mungkin. Hehe…

Hal lainnya yang menyita perhatian gue dari dia adalah perubahan fisiknya. Dari badan Rust tahun 2012 yang kurus banget. Rust tahun 2002 yang badannya paling mirip dengan McConaughey sekarang, dan Rust 1995 yang pipinya tinggi, kurus, dan kayak lihat McConaughey di Contact. Make up-nya keren banget. Bisa kentara gitu perubahannya. Kalau ada yang nggak berubah dari Rust adalah dia nggak bisa pakai baju dengan rapi. Pakai singlet putih aja selama deh, biar mata gue seger. Haha.

Rust bukan apa-apa tanpa Marty. Woody Harrelson, gue bakal angkat topi buat dia. Aktingnya setara dengan McConaughey, ah, lebih tepat kalau saling melengkapi dan mengisi satu sama lain. Chemistry mereka kerasa banget. Harrelson dapet banget ngidupin Marty, yang karakternya jauh kerasa lebih nyata dan gampang ditemui dalam hidup sehari-hari.

Gue suka gimana nunjukkin sisi manusiawi dari kedua karakter. Nggak perlu ngubah sudut pandang cerita atau bikin jadi komikal (gue trauma banget sama crack dan OOC karakter dalam cerita seperti yang gue alami sama salah satu TV show awal tahun lalu). Mereka punya cacat seperti manusia lainnya karena itu adalah kasualitas. Apa yang mereka lakukan berefek kepada mereka. Bahkan di akhir, Maggie jelas nggak akan kembali ke Marty, meski jelas mereka masih sama-sama sayang dan perhatian. Bahkan Rust juga nggak dapat kematian yang dia harapkan. Dia masih harus hidup di antara ‘scented meat’ dan ‘everybody’s nobody’. Apa yang dikasih Pizzolatto di akhir adalah kita dikasih lihat betapa kedua karakter tersebut udah siap untuk menjalani hidup mereka terus ke depan. Ya, tentunya masih pengin mereka terlibat keseruan kasus lagi, tapi dengan trauma fisik dan batin yang mendalam kayak gitu, apa itu mereka mau? Gue rasa nggak.

Banyak yang nggak terjelaskan di akhir cerita ini. Tentang Audrey dan misteri-misterinya. Siapa sebenarnya Yellow King. Gimana nasib Tutle yang lain. Banyak. Dan banyak yang kecewa akan itu. Akan tetapi, konflik utamanya selesai dan sejak awal cerita ini adalah tentang Rust dan Marty. Harusnya sih berterima kasih sama Nic karena masih ditinggalin teka-teki. Itu bakal bikin cerita ini terus hidup. Kamu bisa bikin meta. Kamu bisa bikin fanfiksi. Apapun. Meski, yang jelas Rust dan Marty punya tempat paling istimewa dalam hati dan sejarah internet. 🙂

cohle s1e7

Seluruh show ini berasa kayak baca novel grafis. Dari kalimat-kalimatnya. Karakterisasi. Bahkan latar yang punya makna-makna. Semuanya adalah cerita. Semua lebur jadi satu bagian. Elemen-elemen yang nggak akan pisah. Ini kekaguman yang sama ketika gue selesai nonton Dallas Buyers Club dan Contact.

Dari seluruh episode, favorit gue adalah episode 4 yang rewatchable banget. Mesi seluruh musimnya juga layak ditonton karena kayak satu film dalam 8 jam. Tapi, ngikutin dari minggu ke minggu adalah pengalaman tersendiri. Rasa deg-degan dan penasarannya itu nggak tergantikan. Apalagi, gue suka di musim True Detective ini gimana fandomnya kondusif gitu. Haha.

True Detective ini jelas jadi salah satu cerita paling favorit dan berkesan ke gue. Rust, karakter yang membekas banget ke gue. Gue jadi kenal McConaughey dan perjalanan karirnya yang inspiratif banget. Banyak hal. Gue kira gue yang memang belum sering nonton serial TV dan pemilih, mengamini dan setuju aja kalau True Detective dibilang jadi salah satu yang terbaik yang pernah ada oleh media dan fans. Kalau kamu masih nggak percaya. Buktikan sendiri. Delapan jam yang nggak akan sia-sia.

Rasanya berat ngeakhirin review ini. Kayak, akhirnya gue harus beneran pisah dari Rust. Sedih dan patah hati. Haru dan lega. Marty bilang sama Rust, ‘Don’t ever change, man’. Setelah cerita ini selesai, tentunya nggak akan ada lagi yang berubah. Nggak akan ada yang berubah.

Di akhir, di luar rumah sakit, salah satu adegan favorit gue. Gue inget salah satu kata-kata Rust: ‘…it’s just one story’.

———————

Kalau terpesona dengan Rustin Cohle dan pengin ngecek film-film Matthew McConaughey yang keren lainnya (dan non rom-com), cek kompilasi review singkat gue dari film-film dia di sini.

Aku juga nulis fanfiksi True Detective, Cermin. Kisah tentang Rust dan Sofia, anak perempuannya, serta selama dia melakukan penyamaran dalam geng Iron Crusaders. Baca di sini.

———————

Montase dari True Detective season satu untuk nostalgiamu.

Advertisement

12 thoughts on “True Detective Season 1

  1. nice review,gue juga udah nonton.
    most unforgetable quotes
    “Well, once there was only dark. You ask me, the light’s winning.”

    • Hehe… terima kasih, Eric, udah mampir dan baca reviewku. Rust memang memesona banget sih. Suka banget juga serial ini, semoga season duanya lebih dahsyat dari yang pertama. 😀

  2. ada 1 hal yang banyak orang lewatkan ketika menonton True Detective

    1 hal itu adalah ketika di wawancara cary joji fukunaga ditanya apakah dia suka dengan series The Wire karena dia memakai Michael Potts sebagai salah seorang actor dalam Series True Detektiva

    karena penasaran seperti apa sih The Wire ini dan siapa sih Michael Potts ini

    jadilah gw ngedonlot The Wire (full season) beserta series yang dikatakan mengihlami The Wire (dibuat oleh manusia yang sama sih), The Corner.

    setelah sukses mengkhatamkan full season The Wire dan The Corner hasilnya boleh lah gw katakan series terbaik yang pernah ada dan pernah gw tonton adalah The Wire dan The Corner

    dan setelah melakukan cross check di google ternyata bukan cuma gw yang punya pendapat yang sama ….

    • terima kasih, sudah mampir dan berbagi informasi di sini. 🙂
      aku juga sempat membaca tentang itu, tapi karena belum selesai nonton the wire, aku nggak terlalu menyeriusi informasi tersebut. kayaknya sudah saatnya aku melanjutkan nonton the wire lagi. 😀

  3. maraton 2 malam, such a masterpiece dari hbo setelah band of brother (as far as i know hehe)

    dan msh terobsesi dgn karakter kelam nan cerdas rust

    quote2 yg bkin mikir

    spndapat lah ma reviewnya :shakehand

    ———————

    touch darkness and darkness touch you back

  4. Reviewnya komplit. Harusnya aku g baca ini dulu sih secara blm selesai nontonnya.
    Awalnya sempet g selesai nonton 1 eps soalnya alurnya lambaaatt banget. Pas sengaja di lanjutin kok seru,lama2 ketagihan nonton eps lanjutannya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s