Breaking Bad Season 5

Breaking Bad season lima merupakan final dari kisah Walter White dan season ini tidak diperuntukkan untuk yang berhati lemah.

Season lima, kali ini dengan enam belas episode, menutup perjalanan Walt dengan gemilang. Cerita yang luar biasa, karakter yang matang, konflik yang kuat, visual yang cakep, dan penyelesaian yang pantas. Aku nggak mau terlalu banyak ngasih spoiler untuk season ini, karena memang banyak hal yang bertubi-tubi menghampiri. Bikin kaget, meski pun banyak juga di antaranya yang mungkin udah kamu pikirkan dari awal.

Dibagi dalam dua storyline utama, Walt yang mengisi pasar meth kosong bekas peninggalan Gus Fring dan Walt yang akhirnya harus menghadapi keluarganya sendiri. Sejak awal musim, ketegangannya udah dibeberin. Bikin lengket di kursi. Senang rasanya ngeliat Walt akhirnya bisa sukses membangun kerajaan methnya, meski harus mengorbankan banyak hal.

Akan tetapi, bukan Breaking Bad namanya kalau nggak ‘breaking‘ kesuksesan Walt. Saat dia memutuskan untuk mundur dari dunia meth yang penuh uang untuk bersama keluarganya, hal yang paling nggak kita inginkan terjadi. Hank mengetahui siapa sebenarnya W.W. Dan, sisa delapan episode di season lima, isinya kejar-kejaran Walt dan polisi.

Poinnya bukan pada konfrontasi Walt dan polisi, lebih berat pada Walt dan keluarganya.Walter White melakukan segalanya untuk keluarganya. Untuk Skyler, istrinya. Untuk Flynn, anak lelakinya, dan Holly, anak bungsunya. Dia pikir dia akan mati karena kankernya. Maka, dia melakukan segalanya, agar masa depan keluarganya terjamin. Membuat meth, membunuh banyak orang, dan membangun kerajaan methnya sendiri. Akan tetapi, pada akhirnya, apa yang dia perjuangkan berbalik menyerang dirinya sendiri. Keluarganya menjadi antagonis dalam cerita.

Terlalu banyak adegan yang dramatis dan menyayat hati. Tapi, kamu tahu memang terlalu banyak hal yang akhirnya menyeret semua yang kamu kenal dalam cerita itu ke sana. Mungkin dalam hati kamu bakal misuh-misuh kenapa Walt harus terjun ke dunia gelap itu. Coba kalau Walt nurunin gengsinya, mungkin semua nggak akan seperti sekarang.

Ini adalah cerita tentang transformasi. Karakter Walt ini adalah contoh nyata dari kata-kata Harvey Dent di The Dark Knight, “You either die a hero or live long enough to see yourself become the villain.” Walt yang berawal kikuk dan gengsi tinggi, menjadi seorang yang kejam dan gengsinya tetep tinggi. Namun, sulit untuk memprotes perubahan itu karena kita ngikutin perjalanan Walt dari awal. Naik turunnya, susah senangnya, jadi mungkin hal itu juga yang bikin akhirnya kamu benci karakter Skyler. Aku pun salah satu yang nggak suka dengan karakter Skyler. Season empat udah lumayan asik, tetapi di season lima dia kembali… Aku nggak ngerti kenapa Skyler terlalu shock dengan apa yang dilakukan Walt, karena seharusnya dia mengerti betapa kerasnya dunia seperti itu.

Tiga episode terakhir adalah puncak dari cerita. Kamu nggak bisa berhenti. Kamu nggak bisa menjeda meski takut ngeliat apa yang akan terjadi. Kamu kasihan sama Walt sekaligus benci. Pada akhirnya, kamu mungkin benci semuanya. Mengutuk betapa dunia kejam kepada mereka.

Breaking Bad menangkap keindahan dari tragedi. Menceritakannya dengan begitu apik. Indah yang membuat kita akhirnya merasa iba dan mungkin merasa sedikit lebih baik karena hidup kita yang biasa-biasa aja, nggak perlu terjerumus seperti Walt. Breaking Bad adalah studi tentang karakter dan realitas. Baik dan buruk yang nggak lagi berbatas. Hitam dan putih yang lebur jadi satu. Semua karena satu hal, insting dasar manusia: bertahan hidup. Dalam perjalanan ini, itulah apa yang Walt lakukan untuk keluarganya, agar mereka bisa bertahan hidup dan menjalani keseharian dengan layak. Namun, tak pernah ada yang tahu apa yang terjadi di hari esok. Di semesta Breaking Bad, semua mungkin terjadi, dan sebagian di antaranya bukan sesuatu yang menyenangkan hati mereka, atau hatimu.