Novel karya M.R. Carey ini langsung memikat aku dari halaman pertama. Suka zombie? Harus baca. Nggak suka zombie dan fiksi ilmiah? Baca juga deh. Storytelling dan ceritanya bikin nggak bisa berhenti baca.
Tentu saja karena novel ini bukan kisah tentang zombie yang biasa dan udah-udah. Bukan pula yang nyeleneh dan berbau fantasi. Di buku ini, kamu akan dihadapkan dengan para Hungries (jamak). Mereka adalah orang-orang yang terinfeksi oleh jamur Ophiocordyceps yang menginfeksi tubuh manusia dan menjadikannya sebagai inang.
Lalu apa hubungannya dengan ‘The Girl with All The Gifts’ yang menjadi judul cerita? Tentunya kamu pernah mendengar tentang Pandora dan kotaknya dari mitologi Yunani. Pandora yang memiliki sebuah kotak berisi segala hal, karena rasa penasaran akhirnya Pandora membuka kotak tersebut dan segala hal keluar dari sana, termasuk hal yang jelek-jelek. Kisah tentang Pandora dan beberapa dari mitologi Yunani lainnya adalah kesukaan Melanie, gadis kecil yang menjadi karakter sentral di novel ini.
Melanie membuka cerita ini dengan kisahnya di sebuah sekolah khusus, yang mana dia harus diikat untuk bisa datang ke sana. Dia menceritakan tentang Miss Justineau, guru kesayangan, dan Sergeant Parks yang selalu menjemputnya setiap pagi untuk mengantarnya ke kelas. Melanie nggak sendiri, ada beberapa belas anak dalam kelasnya yang diperlakukan sama.
Cerita ini nggak akan lengkap jika seluruhnya dituturkan dari sudut pandang Melanie. Dari mata Justineau dan Parks, kita juga diberikan cerita. Sedikit-sedikit dan akhirnya menjadi lengkap serta utuh. Kita tahu tentang Hungries dan Junkers, juga tahu kalau kedua tokoh tersebut lahir sebelum Breakdown, yaitu ketika epidemi jamur tadi menyebar.
Konflik dan ketegangannya dimulai sejak sekolah tempat Melanie belajar, yang sebenarnya sebuah laboratorium penelitian pimpinan Dr. Caronline Cadwell diserang oleh Junker. Hmm… Junkers itu manusia yang nggak terinfeksi jamur, tetapi mereka nggak mau tinggal di tempat perlindungan. Jadi, sedikit-sedikit Junkers ini terbiasa hidup liar dan kehilangan keberadabannya.
Bukan hanya dinamika sosial antara Junkers dan Civilian biasa yang menarik. Meski bukan fokus utama, tetapi hal tersebut memperlihatkan gimana berantakannya London setelah breakdown. Justineau, Caldwell, Parks, dan prajurit muda Gallagher, juga Melanie berusaha menyelamatkan diri ke Beacon, yang jadi tempat konsentrasi penduduk yang selamat dari serangan jamur.
Perjalanan itu tentunya nggak mudah sama sekali. Panjang dan banyak banget kejutan. Namun, cara bertutur penulis yang enak banget, bikin susah berhenti. Karakter-karakternya pun kuat dan bikin jatuh simpati. Bukan sekadar ceritanya bikin tegang aja dan tokoh-tokohnya terus datar gitu, sama sekali nggak! Karakter-karakternya hidup, punya masa lalu, punya ketakutan, punya pandangan sendiri, dan interaksi antar karakternya terbangun banget. Nah, hal-hal keren yang ngebangun ceritanya itu didukung punya dengan sisi ilmiahnya yang asik banget!
M.R. Carey menjelaskan dengan detail dan jelas banget tentang jamur Ophiocordyceps tadi. Gimana perkembangan dan penyebarannya. Jadi inget pelajaran tentang jamur dulu deh, berusaha ngebayang-bayangin lagi, dan disesuaikan dengan deskripsi dari penulisnya yang juga detail. Tetapi yang bikin aku terkesan banget adalah gimana teori suksesi (untuk ekosistem ya) dieksekusi di sini. Aku benar-benar, whoa… whoaaa… ini keren banget. Teori suksesi itu sederhana, tetapi sesuai banget dengan keseluruhan konflik yang terjadi di sini.
Novel ini belum diterjemahkan, tetapi dengan tema yang sesuai sama pembaca lokal, kayaknya bakal diterjemahin deh. Ini juga bukan novel remaja ya, sudut pandang Justineau, Parks, dan Caldwell dewasa banget. Meski nggak apa-apa juga dibaca remaja sih. Yang jelas, aku terkesan dari awal sampai akhir saat membaca buku ini. Ini salah satu rilisan baru yang keren dan patut banget dimasukin daftar baca!