buku

Do Androids Dream of Electric Sheep?

Do Androids Dream of Electric Sheep, edisi pertama. Harganya selangit! (sumber)

Do Androids Dream of Electric Sheep, edisi pertama. Harganya selangit! (source)

Kalau yang suka science fiction pasti udah akrab dengan film Blade Runner karya Ridley Scott. Begitu legendaris dan hampir selalu masuk ke daftar film scifi yang harus ditonton. Blade Runner yang dirilis tahun 1982 tersebut sesungguhnya merupakan karya adaptasi dari novel Philip K. Dick yang berjudul ‘Do Androids Dream of Electric Sheep?’ yang dirilis dua dekade sebelumnya.

Aku baru baca novel ini minggu lalu, empat dekade setelah terbit. Bahkan setelah empat dekade, cerita dari novel tersebut masih tetap bikin terpesona dan tergugah. Di Blade Runner, kita tahu tentang cerita Rick Deckard (Harrison Ford) yang merupakan blade runner dan memburu beberapa Nexus-6 yang melarikan diri. Di novel ini, tentu saja, inti plotnya juga sama, tapi dengan muatan yang lebih bergizi.

Bukan sekadar cerita Deckard ngeburu android atau kisah roman Deckard dan Rachael. Pada novelnya, dijabarkan juga kehidupan sosial-ekonomi-politik-lingkungan di masa Deckard hidup. Yang menjadi latar adalah Bumi yang setengah hidup setengah mati, meski masih bisa ditinggali. Kerusakan yang terjadi tersebut karena sisa dari World War Terminus, menghasilkan daerah-daerah yang terkena radiasi dan debu-debu radioaktif. Sehingga banyak manusia yang diungsikan ke Mars, ditemani androi pelayan atau andy. Sementara manusia yang tinggal di Bumi, terbagi jadi regular dan spesial. Spesial adalah mereka yang memiliki IQ di bawah rata-rata sehingga nggak boleh menikah atau ikut imigrasi ke Mars. Mereka disebut “chickenhead”, penurunan kecerdasan itu ya akibat terpapar polusi radioaktif itu.

Nah, naratif novel ini mengikuti Deckard dan seorang spesial bernama J.R. Isidore. Pada akhirnya, alur keduanya ini ketemu sih. Karena Deckard kan ngeburu android yang disembunyikan oleh Isidore.

Kalau kamu tanya apakah novel ini seru dan penuh action? Seru, ya. Akan tetapi, kalau banyak action sama sekali nggak, cuma di bagian akhir aja. Karena alur novel ini memang nggak terburu-buru. Banyak topik yang diobrolin di dalamnya, cuma sama sekali nggak kerasa bagai tempelan dan itu menarik banget.

Terutama paling kerasa adalah tentang empati yang jadi tema besar. Banyak kontradiksi di sana sini, seperti Deckard yang menyatakan kalau android satu nggak peduli dengan lainnya, itu sama sekali salah. Tema tersebut dijabarkan dalam ceritanya bagus banget, baik secara implisit maupun eksplisit. Bikin mikir sendiri, jangan-jangan manusia sekarang kalau dikasih tes empati mungkin nggak lulus.

Tema empati ini, terefleksi juga dalam hewan peliharaan sebagai simbol. Dengan kondisi lingkungan yang kayak gitu (sama sekali jauh deskripsi di buku dengan filmnya!), banyak hewan yang punah. Jadi, memelihara hewan asli jadi status simbol tersendiri. Beda dengan memelihara hewan artifisial. Waktu itu, harga hewan artifisial jauh lebih murah berkali-kali lipat daripada hewan beneran. Ini juga tercermin di judulnya, “apakah android memimpikan domba artifisial?”.

Yang menarik bagiku lagi adalah tentang “kipple” yaitu benda-benda kecil yang ketika udah nggak digunakan lagi dia bakal memperbanyak dirinya sendiri. Sehingga, ketika banyak tempat-tempat ditinggalkan, jadi ter-kipple-lisasi. Haha. Bener-bener menarik! Dan tentu saja, sub-tema religius, yaitu Mercerism, yang banyak dianut manusia pada masa itu. Berakhir dengan mengagetkan dan bikin takjub, bikin bertanyan-tanya gimana kalau itu terjadi di masa sekarang?

Ini novel yang sarat filosofi, kalau kamu cari esai tentang novel ini bakal banyak banget kamu temuin. Apa yang ada di Blade Runner cuma secuil, bahkan di dalam novel ini nggak ada istilah Blade Runner, melainkan “bounty hunter”. Kalau benar-benar suka film dan buku, terutama storytelling, aku ngerekomendasiin banget untuk baca novel ini. Novel scifi bukan melulu isinya nembak alien, banyak sekali hal tentang masa depan dan teknologinya yang bisa ditulis, di novel ini, malah tentang empati–sesuatu yang mungkin sekarang nggak manusia punya.

 

Leave a comment